Selasa, 23 Agustus 2011

OdE BuLaN KepAdA BuMi

Namamu Bumi
Akarmu dari tanah, mencengkram kuat
Darimu tumbuh benih hidup, besar, menyebar
bercengkrama, bersetubuh
menyatu denganmu
Kaulah sumber, inti
sekaligus pelindung
Kau juga yang buat
Segala ranggas

Aku adalah Bulan
samar-samar terlihat dengan mata ngantuk
Bisa bulat penuh, setengah dari penuh
atau sembunyi dari balik
pekat langit
Bumi suka menganggapku
pongah
karena letakku tinggi
dan harus tengadah
Batas kami langit luas
Sebentang horizon

Tapi bila malam tiba
aku bergegas menguak
tirai langit
meluncur turun
menarik bumi dalam pelukku
Kuat-kuat...

(Buat bumi yang menyangga Bulan, tanpa ia pernah ngerti bgmna Bulan bergantung padanya)
· · Bagikan · Hapus

    • RieZca Deean AlhaNif so sweet d0kk :D
      10 Agustus jam 16:22 ·
    • Caesarina Pujirohyati thank you dear..
      13 Agustus jam 16:43 ·
    • Dante Che Terima kasih sdh di-tag. Puisinya bagus!
      *"Tumbuh benih hidup, besar, menyebar dan ranggas, kemudian tumbuh benih hidup lagi, menyebar, ranggas, dstnya",- apakah itu adalah siklus yg lahir dari bumi?
      *Kenapa bumi yg menyangga bulan tak pernah ngerti bgmna bulan bergantung padanya?
      *Akan abadikah pelukan bulan pada bumi yang menyangganya,- ataukah bulan telah menemukan buminya sendiri?
      13 Agustus jam 22:40 ·
    • Caesarina Pujirohyati
      Tumbuh-berkembang-mati dg kehancuran-timbul kehidupan baru-tumbuh-berkembang-hancur lgi dst: siklus semesta.
      Bumi melihat bulan tengadah, cape dia kl trs2 tengadah. Kl bumi nunduk, cm pikirannya yg melihat bulan. Dia tdk lgi melihat bulan dg...Lihat Selengkapnya
      13 Agustus jam 23:28 ·
    • Dante Che
      ‎*Sekarang masihkah bulan memeluk bumi? Kalau bulan masih memeluk bumi, harusnya mereka bukan hanya sekedar saling mempercayai, tapi harus saling memahami. Bukankah begitu?
      *Kenapa bulan tak menyadarkan pada bumi bahwa bulan sangat bergantun...Lihat Selengkapnya
      13 Agustus jam 23:35 ·
    • Caesarina Pujirohyati Nanti kutanya bulan ya kawan, kalau ketemu.
      13 Agustus jam 23:37 ·
    • Caesarina Pujirohyati Kl menurutku sih, tak perlu faham, apalagi pura2 faham, cuma utk percaya. Percaya, tak perlu faham, sdh mampu membentuk ikatan. Kita percaya Tuhan, wl kdg2 tak faham. Kita percaya naluri seorg ibu, wlpun jg tak faham. Kita percaya ikatan kuat persaudaraan, wlpun tak faham apa untungnya. Pertanyaannya, bisakah (maukah?) kita percaya tanpa faham?
      13 Agustus jam 23:41 ·
    • Dante Che
      Menurutku, sederhana saja. Jika ku membaca puisi di atas, problemnya justru ada pada bumi yang tak paham bahwa bulan sangat bergantung padanya, bumi tak paham bahwa dialah yg menyangga bulan. Sehingga bisa saja bumi menganggap bahwa bulan b...Lihat Selengkapnya
      13 Agustus jam 23:47 ·
    • Caesarina Pujirohyati Area hidupnya aja beda. Bumi ditempat dimana orang menjejakkan kaki. Sedang bulan, kaki aja tdk bisa menjejak dsr bulan. Mnrtku wajar kl masing2 susah memahami. Jgn dipaksa kl dunia mereka beda. Gmn seorg Agamis bisa memahami Atheis, bgitu sebaliknya. Maksa namanya. Yg penting sie mreka saling percaya.
      14 Agustus jam 2:57 · · 1 orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar